Bisnis.com, JAKARTA - Keberhasilan terapi dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak orang tua dan tenaga profesional di bidang terapi. Salah satu terobosan yang patut diapresiasi dalam konteks ini adalah Modul Social Behavior Analysis Therapy (SOBAT), yang dikembangkan oleh dr. Julita Lea Lestari, MBA, ACAS, CAPT, CH, CHt, SAP-K, dalam disertasinya yang baru saja dipresentasikan pada Sidang Promosi Doktor Ilmu Psikologi di Universitas Persada Indonesia Y.A.I Jakarta.
Terapi ini memiliki potensi besar untuk menjadi solusi yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh keluarga yang memiliki anak dengan GSA, terutama di daerah-daerah yang minim fasilitas terapi.
Keunggulan utama Modul SOBAT terletak pada pendekatannya yang tidak hanya melibatkan terapis atau psikolog, tetapi juga orang tua sebagai mentor aktif dalam proses terapi. Inilah yang menjadikan Modul SOBAT lebih dari sekadar cara terapi biasa itu adalah model intervensi berbasis keluarga yang memungkinkan keterampilan sosial anak untuk terus dipraktikkan dan ditingkatkan dalam kehidupan sehari-hari, di luar sesi terapi formal.
Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan signifikan pada keterampilan sosial anak-anak yang mengikuti dan menjalankan terapi menggunakan modul SOBAT memberikan harapan baru dalam meningkatkan kualitas hidup anak dengan autisme. Peningkatan keterampilan yang tetap bertahan setelah satu bulan pasca terapi bahkan menunjukkan bahwa intervensi ini memiliki dampak jangka panjang.
Sebagai orang tua dari anak dengan GSA, perasaan terisolasi dan kesulitan untuk mendapatkan layanan terapi yang memadai sering kali menjadi kendala besar. Dengan adanya modul SOBAT, orang tua tidak hanya diberdayakan untuk melakukan intervensi mandiri di rumah, tetapi juga diajak untuk menjadi bagian integral dari proses pembelajaran anak mereka. Ini menciptakan sebuah model yang lebih berkelanjutan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap keluarga, tanpa terbatas oleh jarak atau kurangnya fasilitas terapi di daerah tempat tinggal mereka.
Terapi menggunakan Modul SOBAT juga merupakan terobosan pertama di Indonesia yang dapat diakses secara daring, menjadikannya pilihan yang sangat relevan di era digital ini. Pelatihan daring memungkinkan orang tua di wilayah dengan akses terbatas terhadap layanan terapi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membantu anak-anak mereka berkembang.
Selain itu, integrasi Modul SOBAT ke dalam kurikulum sekolah inklusif dapat memperluas dampaknya, memberikan manfaat tidak hanya
di rumah, tetapi juga di lingkungan sekolah anak-anak.
Namun, adopsi yang lebih luas dari Modul SOBAT memerlukan dukungan yang lebih besar, baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat luas. Diperlukan lebih banyak pelatihan daring untuk orang tua, serta integrasi metode ini di pusat-pusat layanan disabilitas.
Implementasi Modul SOBAT di komunitas akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak GSA di Indonesia dan memperkuat peran keluarga dalam mendukung perkembangan anak.
Dalam konteks ini, saya sangat mendukung rekomendasi penelitian untuk lebih mengintegrasikan modul SOBAT ke dalam berbagai layanan yang ada, baik di pusat-pusat terapi maupun di sekolah-sekolah inklusif. Diharapkan bahwa model ini dapat berkembang danmenjadi standar terapi yang lebih inklusif, efektif, dan berjangka panjang bagi anak-anak dengan autisme di Indonesia.
Dengan hasil yang sudah terbukti, Modul SOBAT memiliki potensi besar untuk memperbaiki kualitas hidup anak-anak dengan GSA dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka. Saya percaya, jika diterapkan
secara luas, Modul SOBAT dapat menjadi salah satu solusi terbaik dalam mendukung perkembangan sosial anak dengan autisme di Indonesia.