Bisnis.com, JAKARTA - Kota Surabaya menjadi tuan rumah pementasan tablo teater dan musik tentang perjalanan Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno saat mengunjungi Uzbekistan pada 1956 yang diperankan langsung seniman Indonesia dan Uzbekistan di Balai Budaya Surabaya. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyambut hangat pementasan teater bertajuk Imam Al Bukhari – Soekarno, dan menyatakan kebanggaannya karena Surabaya dipilih sebagai lokasi pertunjukan yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi.
Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada tim produksi dan aktor senior Rano Karno atas pemilihan Surabaya sebagai lokasi pertunjukan. Melalui pertunjukan ini Eri Cahyadi berharap semangat perjuangan Bung Karno dapat diteladani oleh generasi muda di Kota Pahlawan.
Aktor senior sekaligus Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menggarisbawahi kekuatan spiritual Bung Karno dalam meyakini keberadaan makam Imam Al-Bukhari meski secara fisik belum pernah ke Uzbekistan sebelumnya. Rano menyebut bahwa, pertunjukan teater itu bertujuan memperkenalkan sejarah Bung Karno kepada generasi muda. Sebab, dia menilai selama ini anak-anak muda hanya mengenal Pancasila sebagai teks, bukan sebagai hasil dari perenungan mendalam.
Pentas Imam Al-Bukhari - Sukarno digagas dan diproduksi oleh Bumi Purnati Indonesia bekerja sama dengan The Drama Theater of Kattakurgan, Uzbekistan. Pertunjukan itu tak hanya menampilkan elemen teater modern, tetapi, juga memadukan musik klasik, lagu-lagu nasional, musik tradisional Indonesia dan Uzbekistan, serta untaian zikir.
Format pementasan mengusung konsep teater arsip, yang berupaya menghidupkan kembali momen diplomatik penting dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara. Kunjungan Soekarno ke Uzbekistan pada 1956, yang dilakukan atas undangan Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev, menjadi simbol kuat diplomasi nonblok Indonesia di tengah panasnya situasi Perang Dingin. Permintaan Soekarno untuk mengunjungi makam Imam Al-Bukhari menjadi syarat sebelum dia menerima undangan tersebut. Kunjungan itu kemudian dibalas Khrushchev dengan lawatannya ke Indonesia pada 1960. Kini, kerja sama Indonesia-Uzbekistan berlanjut melalui medium seni pertunjukan yang menjadi bahasa diplomasi universal.