Bisnis.com, JAKARTA - Tim kurator telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap pekerja PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex dan tiga anak usahanya per 26 Februari 2025. Total lebih dari 10.000 pekerja terdampak. PHK massal dilakukan menyusul adanya putusan Pengadilan Niaga Semarang yang mengabulkan permohonan dari PT Indo Bharat Rayon dan memutus Sritex Pailit. Perusahaan akan berhenti beroperasi pada 1 Maret 2025.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan menyatakan siap untuk membela hak-hak buruh Sritex yang terdampak PHK. Pihaknya menjamin hak-hak buruh untuk memperoleh pesangon dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Wamenaker siap memfasilitasi buruh Sritex yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) massal untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Cikal bakal Sritex berawal dari usaha yang didirikan oleh H.M. Lukminto dengan nama UD Sri Redjeki. Berawal pada 1966, Sritex mula-mula hanyalah usaha dagang kain yang menempati dua kios kecil bernomor 12 dan 13 di Pasar Klewer, Solo. Dari kios itu H.M. Lukminto menjual kain-kain belacu yang dibelinya dari Bandung dan Semarang untuk kemudian dipasok untuk pabrik-pabrik batik di Solo dan sekitarnya.
Tidak puas hanya dengan berdagang, H.M. Lukminto menjalin kerja sama dengan kakak laki-lakinya, Isman Jianto, untuk mendirikan suatu perusahaan tekstil. Pada 1968, dengan modal Rp5 juta, H.M. Lukminto membeli tanah seluas 5.000 meter persegi di kawasan Baturono, Solo. Kala itu, industrinya masih bersifat rumahan. Kapasitas produksi pabrik tersebut sebesar 600-700 meter per bulan.
Usaha tersebut terus berkembang hingga akhirnya nama dan badan hukum UD Sri Redjeki diubah menjadi PT Sri Rejeki Isman pada 1978. Setelah 4 tahun beroperasi sebagai Sri Rejeki Isman, pada 1982, perusahaan ini mendirikan pabrik penenunan pertamanya. Hingga pada 1992, perusahaan bisa memperluas pabriknya sehingga dapat menampung empat lini produksi sekaligus, yakni pemintalan, penenunan, penyelesaian, dan garmen.
Pada 1994, Sritex dipercaya memproduksi seragam militer untuk pasukan militer NATO dan Jerman. Sritex juga berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun terus berdatangan. Sritex pun dipercaya untuk memproduksi pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.