Bisnis.com, JAKARTA - Di era digital saat ini, insiden fraud semakin marak dan kompleks dengan modus kian beragam. Laporan yang dirilis Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) bertajuk Occupational Fraud 2024: A Report to the Nations, menyebutkan Indonesia berada di peringkat ke-3 sebagai negara dengan jumlah fraud terbanyak, setelah China dan Australia.
Untuk memerangi fraud secara optimal diperlukan kerjasama antar lembaga keuangan yang solid dan terkoordinasi. Dalam hal ini, kolaborasi pencegahan fraud berbasis konsorsium data dinilai menjadi salah solusi yang memanfaatkan kekuatan data dalam memaksimalkan efektivitas pencegahan fraud. Hal itu dikupas dalam diskusi panel bertajuk “Optimalisasi Data Analitik Dalam Meningkatkan Efektifitas Pencegahan Fraud di Lembaga Keuangan” yang diselenggarakan oleh IdScore, Selasa 11/06 di Jakarta.
”Kolaborasi pencegahan fraud adalah strategi efektif memerangi fraud secara bersama. Dengan menyatukan kekuatan dan berbagi informasi, kita dapat membangun sistem keuangan yang lebih aman dan terpercaya bagi semua” ungkap Yohanes Arts Abimanyu, Direktur Utama IdScore di sela-sela acara diskusi yang juga menandai diluncurkannya produk terbaru IdScore untuk pencegahan fraud berbasis konsorisum data yang berlabel IdFraud Prevention.
Pembentukan konsorsium data memungkinkan lembaga keuangan untuk berbagi data transaksi dan perilaku debitur, menciptakan basis data yang luas dan mendetail untuk analisis fraud serta mengidentifikasi tren dan pola yang mampu mengindikasikan potensi fraud. Kerjasama secara kolaboratif ini juga memungkinkan lembaga keuangan mengembangkan strategi pencegahan fraud yang lebih efektif.
Tidak hanya itu, data di platform bersama yang dikombinasikan dengan data perkreditan juga mampu menggambarkan profil risiko debitur yang lebih akurat melalui pengembangan algoritma deteksi fraud yang upaya dalam mencegah potensi terjadinya fraud. Lebih jauh Abimanyu menambahkan bahwa dalam melakukan pengembangan solusi ini, pihaknya memanfaatkan teknologi analitik terkini seperti adaptive analytics, deep machine learning, generative AI, customer profiling, behavioral rules dan model probabilistik yang mampu mengidentifikasi potensi fraud yang mencurigakan.
”Hal ini memungkinkan lembaga keuangan untuk mengambil keputusan cepat dalam mencegah penipuan guna mengamankan aset kredit dan menjaga reputasi” tegasnya. Dalam mencegah fraud, lembaga keuangan tidak cukup hanya dengan mengandalkan data dan informasi internal. Dibutuhkan informasi tambahan dan data dari pihak eksternal yang dapat mengidentifikasi pola dan modus operandi fraud terbaru. ”Kolaborasi menunjukkan komitmen bersama berbagai pihak untuk memerangi fraud dan membangun sistem keuangan yang lebih aman dan terpercaya. Hal ini menjadi strategi efektif dalam memerangi fraud dibandingkan upaya yang dilakukan sendiri-sendiri” demikian Abimanyu menutup keterangannya.